Selasa, 12 November 2013

PETA Hadang Dialog WN di Meulaboh

* Peserta Diusir, Puluhan Polisi Kawal Acara
* Ketua MAA Aceh: Ini Salah Paham

Kegiatan dialog dan sosialisasi Lembaga Wali Nanggroe dilaksanakan Majelis Adat Aceh (MAA) Provinsi Aceh di Meulaboh, Senin (11/11), dihadang dan coba digagalkan oleh anggota Pembela Tanah Air (PETA) kabupaten setempat. Namun acara ini tetap berlangsung dengan pengawalan puluhan personel polisi dari Polres Aceh Barat.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Serambi, menyebutkan sejumlah peserta dari empat kabupaten meliputi Aceh Barat, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya (Abdya) dan Aceh Singkil yang tiba di Hotel Meuligoe Meulaboh pada Minggu (10/11) malam diusir oleh PETA agar tidak mengikuti kegiatan tersebut, sehingga sejumlah peserta terpaksa balik kanan kembali ke daerah masing-masing.
Aksi larangan kegiatan oleh PETA berlanjut pada Senin (11/11) kemarin, sehingga peserta yang ditargetkan 100 orang dari masing-masing kabupaten 25 orang dari berbagai komponen baik MAA dan lembaga lainnya menjadi berkurang. Bahkan jadwal pembukaan yang direncanakan pukul 09.00 WIB molor hingga pukul 10.45 WIB yang dibuka Staf Ahli Bupati Aceh Barat, Syamsul Nahar.

Dalam sambutannya Syamsul Nahar saat menyatakan, dengan dialog diharapkan tercipta persepsi sama dan adat yang ada di Aceh berlandaskan syariat Islam. Dengan adanya lembaga Wali Nanggroe diharapkan dapat mengembalikan adat istiadat Aceh yang hilang. “Seperti diketahui Aceh dikenal Serambi Mekah. Ini bukan alasan karena Aceh miniatur Jazirah Arab,” katanya.

Pembukaan kegiatan yang berlangsung selama dua hari (Senin dan Selasa) dikawal ketat oleh aparat kepolisian dengan mengerahkan personel 60 orang lebih lengkap dengan mobil serbu (panser) yang dipimpin Wakapolres Aceh Barat. Sebelumnya kegiatan nyaris batal, tetapi pihak panitia adalah Ketua MAA Aceh, Badruzzaman Ismail menyampaikan hal baik ke Polres dan Polda Aceh.

Kegiatan dialog persuasif pemangku kepentingan Aceh dengan tema “Lembaga Wali Nanggroe sebagai simbol pemersatu suku-suku bangsa di Aceh dalam mengawal perdamaian dan peradaban Aceh yang bermartabat” di Meulaboh itu, merupakan yang kedua setelah sebelumnya dilaksanakan di Banda Aceh, dan nanti akan dilaksanakan juga di Langsa, Sabang, Sinabang, Takengon, dan Kutacane.

Aksi protes anggota PETA dilakukan sejak Minggu sore dengan mengerahkan puluhan anggotanya ke Hotel Meuligoe sehingga peserta yang baru tiba disuruh pulang kembali seperti dari Aceh Jaya dan Singkil sehingga peserta dari Aceh Jaya terpaka pulang kembali ke daerahnya.

Ketua PETA Aceh Barat, Amiruddin didampingi Panglima PETA Taufik mengatakan, aksi protes yang mereka lakukan kepada MAA karena kegiatan dilakukan terhadap Wali Nanggroe yang jelas-jelas ditolak di Aceh Barat. “Wali Nanggroe tidak diterima oleh masyarakat di Aceh Barat, karenanya tidak perlu dibuat di Meulaboh,” kata Taufik.

Sementara itu, Ketua MAA Aceh, Badruzzaman Ismail SH MHum yang dikonfirmasi setelah pembukaan kegiatan dialog mengatakan, protes yang dilakukan oleh PETA merupakan hal biasa dan dirinya menerima sebab itu demokrasi, artinya rukun. Namun ia mengaku kadang-kadang protes salah paham. “Saya hargai, saya senang, yang penting tidak merusak dan kita hormati semua,” katanya.

Menurutnya, kegiatan ini tetap dilanjutkan meski ada sejumlah peserta yang pulang karena uang anggaran sudah diplot dalam APBA sehingga harus dilaksanakan. Artinya kegiatan yang dilaksanakan sudah ada izin serta sudah ditempuh prosedur yang ada. “Intinya sosialisasi, menjadi kesamaan dan berbeda biasa. Ini pendekatan budaya,” katanya.

Aksi protes PETA berlanjut pada siang kemarin, sekitar 25 anggotanya dengan membawa poster bertuliskan penolakan kegiatan sosialisasi dan dialog soal Wali Nanggroe di Meulaboh. Mereka meminta bertemu dengan MAA Aceh selaku panitia kegiatan, tetapi tidak berhasil. Protes yang juga mendapat pengawalan ketat dari polisi ini akhirnya membubarkan diri setelah sekitar satu jam melaksanakan aksinya.(riz)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar